Dibangun pada abad ke 8 di masa pemerintahan Rakai Panangkaran yang merupakan salah satu keturunan Wangsa Syailendra, Istana Ratu Boko adalah kompleks istana megah yang harus kamu kunjungi saat berwisata ke Jojga.
Istana ini dibangun untuk tempat menyepi, sehingga jika kamu berkunjung ke Istana Ratu Boko saat ini, kamu masih dapat merasakan ketenangannya. Dari Istana ini kamu dapat melihat indahnya pemandangan kota Jogja dan Candi Prambanan dengan dilatari oleh gagahnya Gunung Merapi. Istana ini awalnya bernama Abhayagiri Vihara yang memiliki arti biara di bukit yang penuh kedamaian.
Situs yang terletak 2 kilometer ke arah selatan Candi Prambanan atau 18 kilometer ke arah timur dari Yogyakarta itu terletak di atas bukit. Bukit itu merupakan salah satu perbukitan seribu yang luasnya lebih kurang 250 ribu meter persegi, dengan ketinggian lebih kurang 195,97 meter dari permukaan laut dan terbagi menjadi empat bagian, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur.
Bagian tengah Istana Ratu Boko terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Jika kamu masuk dari pintu gerbang istana, kamu langsung menuju ke bagian tengah Istana yang penuh nuansa mistis ini. Dua buah gapura tinggi akan menyambutmu. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu.
Cermatilah gapura pertama, temukan tulisan ‘Panabwara’. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi ‘kekuatan’ sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Kurang lebih 50 meter dari gapura kedua, kamu akan menemui Candi Batu Putih. Tak jauh dari Candi Batu Putih,ada Candi Pembakaran yang berbentuk bujur sangkar berukuran 26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras.
Kamu pasti bisa menebak dari namanya, candi Pembakaran adalah bangunan yang dipergunakan untuk membakar jenazah. kamu juga akan menemui batu berumpak dan kolam jika terus berjalan lebih ke dalam.
Jika kamu berjalan ke arah tenggara Candi Pembakaran, kamu akan menemukan sumur Amerta Mantana yang memiliki arti Air yang diberi mantra. Hingga saat ini, air di sumur ini masih dipakai oleh masyarakat setempat. Sekedar info, masyarakat di sekitar tempat ini mengatakan bahwa air di sumur Amerta Mantana sering membawa keberuntungan bagi mereka.
Orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. Datanglah satu hari sebelum Hari Raya Nyepi,maka kamu akan melihat proses upacaranya.
Di bagian timur istana, kamu akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.
Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja.
Telusurilah istana ini, terutama saat senja maka kamu akan mendapatkan lebih banyak lagi hal unik lainnya. Suasana senja di Istana Ratu Boko akan menjadi kenangan indah yang tentu akan sulit kamu lupakan.
Istana Ratu Boko sendiri adalah salah satu tempat terbaik jika Kamu ingin mengambil foto PreWedding kamu. Panorama yang sangat indah di sekitar bukit tampak jelas saat sore hari. Para pengunjung candi bisa menikmati suasana sunset atau matahari terbenam di ufuk barat. Dari lokasi candi itu, penikmat panorama bisa melihat Candi Prambanan, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Sumbing-Sindoro, dan perbukitan seribu
Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan ditanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa). Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Untuk mencapai Istana Ratu Boko, kamu bisa langsung mengambil paket wisata yang banyak dijual di sekitaran Malioboro Jogja, tapi kamu juga bisa jalan-jalan ala backpacker.